Monday, 23 November 2015

De Javu


De Javu

Apakah itu de javu? Apakah kamu pernah mengalaminya? Jika dalam suatu kejadian, kemudian kamu berfikir atau merasa bahwa sepertinya kamu pernah mengalami hal yang sama sebelumnya, disaat itulah kamu sedang mengalami de javu.

Akan tetapi, kata de javu kadang juga digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang terulang kembali. Misalkan, dalam sebuah pertandingan sepakbola pada musim 2010/2011 PERSIJA berhasil mengalahkan PERSIB dengan skor 2-1, kemudian pada pertandingan pada musim 2011/2012 PERSIJA menang lagi dengan skor yang sama, maka kadang komentator akan berkata,

"yak pemirsa, de javu terjadi pada malam hari ini di stadiun gelora bung karno setelah PERSIJA Jakarta mengalahkan PERSIB Bandung dengan skor 2-1...."

    "mohon maaf bukan maksud untuk menguntungkan atau merugikan salah satu pihak dengan pihak lain, kalimat di atas sekedar contoh dan fiktif belaka"

Dan sepertinya, de Javu sedang saya alami pada hari ini (Minggu, 21 November 2015 - saat artikel ini ditulis) .  Apa yang saya alami hari ini mengingatkan saya dengan memori tahun 2012 lalu. Saat itu saya masih kuliah semester 5(kalo tidak salah). Saat itu jurusan saya teknik Informatika, mengadakan sebuah kegiatan kemah dan juga permainan-permainan outbond. Pada saat itu ada beberapa permainan seru yang dimainkan secara individu maupun berkelompok.  Dari permainan inilah saya mulai "mengalami de javu". 

Hari ini, saya juga mengikuti sebuah kegiatan yang diadakan oleh instansi tempat dimana saya bekerja sekarang. Kegiatanya hampir mirip, yaitu bermalam di sebuah pegunungan dan mengikuti beberapa permainan. Perbedaanya , hari ini kegiatan dilaksanakan di bumi Lembang Bandung, sedangkan kegiatan saya yang dulu diadakan di Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Yang membedakan lagi, dulu saya bermalam disebuah tenda kecil bersama teman-teman kuliah, sedangkan hari ini saya bermalam di sebuah vila yang mana saya bisa melihat jauh pemandangan pegunungan indah di bandung.   Karena sama2 Berada di pegunungan, udara dan airnya hampir sama, duinggiiiiin....

Selain de javu tempat dan tema kegiatan, seperti yang saya sampaikan diatas, ada kesamaan permainan yang saya lakukan. Permainan pertama disebut pmainan "oposite" atau permainan kebalikan. Permainan ini dilakukan secara berkelompok, dengan jumlah anggota dalam kelompok bisa 5 atau lebih(lebih banyak akan lebih seru). Masing-masing kelompok disuruh untuk membuat baris berbanjar kebelakang, kemudian semua anggota memegang pundak temannya yang ada didepannya ( jika anda generasi 90an, hal ini mirip permainan ular naga yang mungkin kamu mainkan saat kecil dulu). Setelah membuat baris berbanjar, selanjutnya instruktur akan membikan aba-aba. Yang mana aba-aba itu harus diikuti oleh para peserta. Aba-aba yang digunakan adalah kiri-kanan-maju-mundur. Ketika instruktur mengataksn "kiri.." maka peserta harus melompat bersamaan dengan kelompoknya masing masing ke arah kiri, begitupun saat instruktur mengucapkan, kanan, maju ataupun mundur. Tapi, ketika di awal instruktur mengucapkan "oposite/ kebalikan" maka peserta harus melompat kearah kebalikan dari yang diucapkan instruktur. Di sinilah konsentrasi diperlukan dan keseruan akan terjadi. Apabila ada peserta yang kurang berkonsentrasi, maka dia bisa melakukan kesalahan arah lompatan. Dan peserta yang salah, maka kelompoknya dinyatakan kalah atau gugur.

Permainan selanjutnya adalah "suit samurai". Sejatinya permainan ini sama saja dengan suit pada umumnya, akan tetapi sebelum melakukan suit, peserta harus berlagak seperti pendekar jepang dengan pedangnya. Yaitu dimulai dengan hormat menunduk, kemudian gerakan seperti menghunus pedang, kemudian melakukan suit dengan lawan. Bedanya lagi, suit ini dilakukan secara berkelompok, satu kelompok harus melakukan suit dengan jari yang sama. Misal kelompok A berunding untuk suit dengan jempol, maka semua peserta kelompok A harus sama-sama menunjukkan jempol pada saat suit. Aturanya sama yaitu jempol menang lawan telunjuk, telunjuk menang lawan kelingking, kelingking menang lawan jempol. jika kelompok A sepakat mengunjukkan jempol, dan kelompok B sepakat mengeluarkan jari telunjuk, secara aturan kelompok B kalah. Tetapi jika ada satu saja kelompok A yang mengeluarkan jari selain jempol (telunjuk atau kelingking) maka otomatis kelompok A Dinyatakan kalah. Karena tidak kompak.

De javu tidak hanya berakhir di situ saja. Dalam acara puncak pembagian hadiah. Dulu, saat di kaliurang itu saya mengikuti lomba lari coding, yaitu lari dengan cara jongkok ataupun mundur kemudian di ujung garis finish harus menyelesaikan program c++ sederhana. Kebetulan saat itu saya juara satu. Dan sebagai hadiahnya , saya mendapatkan tablet advan v2. Yang mana hal itu membuat saya sangat senang karena saat itu hp saya masih sony ericsson k530i. Yang masih menggnakan Java, sedangkan saat itu sedang hangat2nya android. Untuk hari ini, kejadianya sedikit berbeda, namun hadianya "hampir sama". Hari ini tanpa mengikuti lombs, ada pengundian berhadiah, dan alhamdulillah, saya termasuk orang yang mendapatkan hadiah dari undian tersebut. Hadianya adalaah.... Sama sama tablet, tapi hari ini tabletnya bersimbol "apel kroak", yaitu iPad 2.....

Hmmm.... Rasanya saya hampir tidak percaya bahwa saya mendapatkan hadiah ini, yang mana malamnya langsung saya pakai untuk mengetik artikel ini.

Mungkin itu yang bisa saya bagikan pada kesempatan ini, sedikit mengenalkan istilah "De Javu" dan beberapa permainan seru dilapangan yang mungkin dapat para pembaca gunakan dalam mengisi sebuah kegiatan.

Terimakasih.....

0 commen:

Post a Comment